Penggunaan microbeads dalam bidang kecantikan sudah bukan merupakan hal yang baru. Butiran-butiran kecil yang berukuran kurang dari 5 milimeter ini merupakan butiran yang terbuat dari plastic. Butiran plastik atau microbeads pada awalnya menjadi terobosan baru dalam dunia kecantikan, yang berfungsi sebagai “gentle eksfoliator” dikarenakan ukurannya yang sangat kecil. Sehingga dapat meminimalisir iritasi kulit.
Namun tahukah Anda bahwa microbeads bisa menjadi sangat berbahaya? Apa yang bisa dilakukan oleh “si kecil” sehingga banyak diperbincangkan kaitannya dengan isu cemaran lingkungan?
Microbeads semakin banyak diproduksi untuk menggantikan bahan pengelupasan alami, seperti batu apung, oatmeal, dan gula untuk kosmetik sekali pakai, seperti scrub dan pasta gigi (Chang, 2015). Studi terbaru melaporkan bahwa beberapa produk kosmetik mengandung plastik kira-kira sama dengan berat produk dalam kemasan wadah plastik (UNEP, 2015). Pada dasarnya microbeads dirancang untuk dibuang melalui infrastruktur pengolahan air limbah. Namun, fasilitas pengolahan air limbah tidak dirancang untuk menghilangkan partikel microbeads yang diproduksi, yang mengakibatkan microbeads dilepaskan ke ekosistem perairan. Diperkirakan 8 triliun microbeads dilepaskan ke lingkungan perairan setiap hari elalui pabrik pengolahan air limbah.
Melalui penelitian yang banyak dilakukan oleh para ahli keberadaan microbeads telah ditemukan hampir di seluruh kawasan. Mulai dari kawasan perairan, daratan bahkan microbeads dapat ditemukan di udara. Keberadaan microbeads bahkan telah masuk ke dalam tubuh organisme hidup seperti ikan, hewan ataupun manusia. Penelitian di kawasan Laut Utara Jawa telah mencatat keberadaan microbeads yang ditemukan dalam tubuh ikan. Ukurannya yang kecil membuat ikan atau organisme air sulit untuk membedakan antara keberadaan microbeads dan plankton sebagai makanan alami Keberadaan microbeads dalam tubuh hewan laut dapat mempengaruhi system metabolisme pada ikan, dan terdapat kemungkinan terjadi perpindahan cemaran ke tubuh menusia melalui konsumsi ikan yang mengandung microbeads. Lalu apakah solusi yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan bumi dan organisme di dalamnya?
Karena kesulitan pembersihan skala besar, manajer lingkungan, ilmuwan, dan pemerhati lingkungan telah menekankan bahwa solusi terbaik untuk polusi microbeads adalah pengurangan dari sumber. Pengurangan dari sumber dapat dilakukan dengan kembali pada produk alami. Indonesia khususnya Pulau Bali memiliki kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya pada bahan pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Bahan alami yang dapat digunakan sebagai eksfoliator sangat ragam jenisnya contoh :
1. Kopi
Desa Plaga, Buleleng merupakan salah satu penghasil kopi terbaik yang ada di Pulau Bali. Kopi yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa yang kuat, sehingga menjadi salah satu pilihan para penikmat kopi. Tekstur kopi yang halus dan fungsi kafein sebagai anti-inflamasi menjadikan kopi sebagai salah satu ekfoliator alami yang baik bagi segala jenis kulit. Cukup gunakan campuran bubuk kopi dengan minyak zaitun, madu, atau minyak kelapa selama dua kali seminggu. Maka kulit Anda akan lebih halus dan teregenerasi dengan baik.
2. Garam
Garam merupakan salah satu bumbu yang akrab di dapur ibu-ibu Indonesia khususnya di Pulau Bali. Desa Kusamba merupakan salah satu desa pesisir pantai di Kabupaten Klungkung yang menghasilkan garam dengan metode tradisional. Kandungan mineral pada garam (NaCl) dapat berfungsi sebagai detoksifikasi dan ekfoliator yang aman untuk seluruh area tubuh.
3. Madu
Budidaya madu di Pulau Bali hamper terletak di semua kawasan. Fungsi madu sebagai anti-inflamasi, anti penuaan dan sebagai pengunci kelembapan alami kulit bukan rahasia lagi. Masyarakat bali sering kali menambahkan madu pada perawatan kecantikan. Oleh karena itu menggunakan madu sebagai campuran eksoliator alami seperti garam akan mengurangi tingkat iritasi yang disebabkan oleh gesekan berlebih saat melakukan ekfoliator terutama pada bagian wajah.
4. Minyak Kelapa
Karangasem adalah penghasil kelapa dan minyak kelapa. Minyak kelapa dan gula adalah bahan dasar dari cara membuat scrub wajah. Perpaduan kedua bahan ini ampuh membantu mengangkat sel kulit mati pada wajah. Cobalah untuk mencampurkan 2 sendok gula yang ditambah dengan 1 sendok minyak kelapa. Campur keduanya hingga merata dan gosokkan ke wajah.
Sebenarnya masih banyak jenis buah, rempah yang alami bisa digali untuk kecantikan. Kembali pada budaya kearifan kecantikan lokal adalah langkah bijak. Menggunakan bahan alami dan menghentikan produksi microbeads sintetik merupakan salah satu solusi terbaik untuk menyelamatkan organisme perairan. Hal ini juga dapat menyelamatkan peradaban manusia dari cemaran plastic dalam tubuh kita. Jadi? Masih tetap ingin bergaul dengan ‘si kecil’ yang mengerikan? Atau kembali kepada kopi, gula dan oatmeal yang lebih ramah lingkungan?
Semua ada di tanganmu!
Pustaka :
Xanthos, Dirk & Walker, Tony R (2017), International policies to reduce plastic marine pollution from single-use plastics (plastic bags and microbeads) https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0025326X17301650
Gambardella, Chiara, dkk (2017) Effects of polystyrene microbeads in marine planktonic crustaceans, https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0147651317304487
Widiarnako, Budi & Hantoro, Inneke (2018) Mikroplastik dalam Seafood dari Pantai Utara Jawa : Universitas Katolik Soegijapranata : Semarang
Oleh: Candra Pramyani
Subscribe email untuk mendapatkan informasi terbaru dari kami